Walaupun sudah banyak perusahaan polyurethane Indonesia yang beroperasi namun kata polyurethane masih tetap asing di telinga masyarakat Indonesia. Polyurethane (PU) merupakan hasil pengisolvenan antara karet dan plastik. PU ini memiliki ketahanan yang unggul karena tahan gesek, aus, suhu dingin dan panas. Secara sederhana bisa dibilang polyurethane merupakan produk pengganti karet dengan daya tahan lebih kuat dari pada karet karena adanya campuran sejenis plastik di dalamnya.
Sejarah Polyurethane
Kita di Indonesia bisa menikmati manfaat polyurethane, harus berterima kasih kepada Otto bayer dan rekannya. Berdasarkan beberapa artikel informasi penelitian polyurethane pertama kali yang dilakukan Otto Bayer berserta rekan-rekannya. Penelitian yang mereka lakukan di Labolatorium I.G Farben di Leverkusen, Jerman akhirnya membuahkan hasil pada tahun 1937. Mereka berhasi menciptakan polyurethane setelah menggunakan prinsip polyaddition.
Penggunaan Polyurethane Pada Perang Dunia II
Menurut sejarah polyurethane Pada awalnya, para peneliti memfokuskan diri untuk menciptakan busa fleksibel namun terhambat karena danya Perang Dunia II. Dikarenakan adanya perang dan kekurangan karet, maka polyurethane dibuat untuk mengantikan karet. Pada masa perang, polyurethane digunakan untuk pelapis pada pelapis tahan karat dan anti bahan kimia pada besi, kayu atau bagian bagunan lainnya. Bahkan bahan ini digunakan sebagai bahan pengikat pada finishing pesawat terbang.
Hingga akhir Perang Dunia II, pelapis polyurethane hanya diproduksi dan digunakan untuk keperluan industri. Bahkan para pemesan bisa bisa memesan dengan formulasi khusus untuk kegunaan tertentu. Pada pertengahan 1950 , polyurethane dapat ditemukan dalam bahan pelapis dan perekat yang kemudian dikenal dengan nama elastomers polyurethane.
Penggunaan Polyurethane Secara Kormesial
Pada tahun 1952, polyurethane mulai dijual secara komersial. Bahkan pada tahun 1954, pasaran mulai diperkenalkan dengan busa yang menggunakan polyurethane yang fleksibel. Busa fleksibel ini sekarang digunakan dalam bedding.
Lima belas tahun kemudian (1967), busa kaku polyurethane yang dimodifikasi dengan uretana dikeluarkan ke pasar. Busa kaku ini tidak mudah terbakar dan memiliki stabilitas termal yang baik. Tidak hanya sampai disana, para penemu juga memperkenalkan elastomer padat dan empuk yang kemudian digunakan sebagai bantalan gel serta pengiring cetakan. Hingga saat ini, polyurethane banyak digunakan untuk segel busa mikroseluler roda, ban karet, segel, alas karpet dan lainnya.
Pertumbuhan Pasar Komersial Polyurethane Indonesia
Di Indonesia sendiri, peluang bisnis polyurethane semakin berkembang sejak tahun 1993. Perkembangan pasar yang cepat dikarenakan semakin banyak orang yang menemukan bahwa materi polyurethane bisa membantu memotong cost produksi. Polyurethane memiliki katarestik kuat dan awet sehingga bisa digunakan dalam waktu lama. Jadi tidak heran bila pasar polyurethane sangat mengiurkan dan semakin berkembang. Tidak tertutup kemungkin polyurethane Indonesia bisa menjadi peluang bisnis yang palin diincar nantinya.