Orang tua pasti ingin buah hatinya tumbuh menjadi anak yang pintar. Di masa keemasan pertumbuhan otak ini, seorang bayi akan belajar bicara, berjalan, bersosialisasi, dan hal-hal lain yang penting di dalam kehidupannya mendatang dan orang tua adalah bagian penting dari proses pembelajaran ini. Orang tua adalah ‘guru’ pertama yang didapatkan oleh si kecil, dan orang tua yang baik pastinya akan memanfaatkan masa-masa awal ini untuk menstimulasi perkembangan otak bayi agar kemampuan kognitifnya semakin berkembang.
Berikut adalah beberapa cara efektif untuk menstimulasi perkembangan otak si kecil sambil bermain dan mempererat ikatan antara anak dan orang tua:
- Perbanyaklah kontak mata agar daya ingat wajah si kecil makin terbangun.
- Perlihatkanlah bayi dua gambar yang sedikit berbeda. Ia akan mencoba untuk menemukan perbedaannya, yang akan berguna untuk perkembangan kemampuan membacanya nanti.
- Perdengarkan lagu kepada si kecil. Menurut penelitian, mempelajari ritme musik akan membantu anak untuk belajar matematika di kemudian hari.
- Ceritakanlah kepada si kecil apa yang akan Anda lakukan, misalnya ketika menyalakan lampu atau membuka pintu. Ini akan memperkenalkan konsep cause and effect kepada si kecil.
- Berikanlah si kecil waktu beberapa menit setiap harinya untuk duduk di lantai bersama orang tua. Tidak perlu musik atau permainan, lihat saja ke mana si kecil akan menjelajah.
- Buatlah halang rintang dari bantal, kotak, atau mainan dan tunjukkan kepada si kecil untuk berjalan atau merangkak melalui halang rintang ini.
- Cobalah bermain three-card monte dengan si kecil menggunakan beberapa buah gelas dan mainan kecil. Ini dapat melatih konsentrasi si kecil.
- Mendongenglah kepada si kecil. Selain menjadi pengantar tidur yang baik, dongeng dapat membantu kemampuan berbahasa anak.
- Buatlah album foto keluarga dan berikan ke anak agar ia bisa mengenali anggota keluarga dan saudara-saudaranya.
Dengan sedikit kreativitas, mengajari berbagai skill yang akan berguna bagi anak ke depannya dapat dilakukan dengan mudah, murah, dan menyenangkan. Kreativitas orang tua akan jauh lebih berharga ke depannya dibandingkan dengan mainan-mainan edukasi yang mahal. Selain itu, orangtua juga dituntut untuk memiliki kesabaran pada saat proses pembelajaran ini, karena kemampuan anak dalam mempelajari sesuatu hal berbeda, sehingga jangan sampai orangtua menjadi kesal karena hal ini. Misalnya saja, ketika anak memiliki kebiasaan mengompol, meskipun sudah berkali-kali diajarkan untuk ke toilet ketika ingin buang air kecil. Jangan dulu marah atau menganggap anak bodoh karena ini, tapi cobalah untuk mencari tahu penyebabnya. Hal ini juga berlaku untuk masalah lainnya yang mungkin akan dihadapi orangtua saat mendidik anak. (Dana)