Ketika sebuah novel laris dipasaran maka banyak rumah produksi yang akan tertarik untuk membuat ceritanya dalam versi film, dengan harapan film yang akan digarap tersebut mampu menjadi Film Box Office Indonesia dan menjadi film favorit para pecinta film. Apalagi, jika film Indonesia berhasil meraih kesuksesan hingga ke mancanegara. Pada kenyataannya, banyak film yang berhasil meraih kesuksesan dan bahkan disukai oleh para pembaca novel tersebut, namun tidak sedikit juga yang walaupun berhasil meraih banyak penonton namun mendapatkan kritikan dari para pecinta novelnya.
Membuat sebuah film yang diangkat dari novel memang bukan perkara yang mudah. Karena pada saat seseorang membaca cerita dalam sebuah novel, maka setiap orang akan memiliki imajinasinya sendiri mengenai segala hal dalam novel seperti adegan atau tokoh dalam novel. Imajinasi ini akan berbeda pada setiap orangnya karena pada dasarnya imajinasi yang timbul akan sesuai dengan selera orang tersebut. Hal inilah yang pada akhirnya mempersulit produser film dalam memproduksi filmnya, karena setiap orang umumnya memiliki selera yang berbeda.
Seringkali seseorang membandingkan antara novel yang di bacanya dengan film yang di tontonnya, tapi sebenarnya yang dibandingkan oleh penonton tersebut adalah berbagai hal dalam film dengan imajinasinya pada saat membaca novel tersebut. Salah satunya penilaian seseorang terhadap kesesuaian seorang artis dalam memerankan seorang tokoh akan berbeda. Misalnya saja dalam novel diceritakan tokohnya adalah seorang pria yang tampan, namun persepsi orang tentang “tampan” itu berbeda bergantung pada seleranya.Ketika artis yang memerankan tokoh sesuai dengan bayangan mereka, maka mereka akan menilai bahwa film tersebut bagus.
Selain dari tokoh, adegan yang ditampilkan dalam film juga menjadi perhatian, karena tidak mungkin semua adegan dalam novel dapat di tampilkan dalam film. Hal ini berkaitan dengan durasi waktu pemutaran film. Karena itulah umumnya akan ada banyak adegan yang tidak ditampilkan, dan untuk membuat ceritanya terlihat natural akan diberikan adegan baru sebagai pengganti adegan yang dihilangkan. Namun, pada saat seseorang membaca novel terkadang ada beberapa adegan yang sebenarnya ingin dilihat tetapi justru malah dihapus. Hal inilah yang sering membuat penonton kecewa dan menganggap novel lebih baik daripada filmnya. (Yv)