Bali boleh kecil namun budaya dan keindahan alamnya telah berhasil menarik banyak wisata dari luar dan dalam negeri. Bahkan ketika semakin banyaknya hantaman arus globalisasi, informasi dan teknologi ternyata tidak mengikis budaya khas Bali yang telah lama tertanam kokoh dalam kehidupan masyarakat Bali.
Sekilas, kebudayaan Bali bisa dilihat dari ukiran-ukiran dan gaya bagunan yang sangat orisinil. Bahkan beberapa Bali hotel seperti Ayodya Resort Bali dibangun dengan gaya arsitektur Bali yang kental. Ciri khas ini dipilih agar pengunjung bisa merasakan langsung keindahan arsitektur Bali dan sekaligus membudidayakan arsitektur Bali.
Selain dari arsitektur, kebudayaan Bali bisa juga dilihat dari upacara adat Bali yang sudah menjadi tradisi dari dulu hingga sekarang. Beberapa upacara yang bisa kita temukan saat berlibur ke Bali adalah:
Upacara Melasti
Melasti yang dilakukan secara rutin setahun sekali pada tahun baru Saka merupakan rangkaian dari Nyepi. Lebih tepatnya upacara ini dilakukan 2-3 hari sebelum Tapa Brata Penyepian. Upacara Melasti merupakan upacara yang dilakukan untuk penyucian diri.
Pada hari Melasti, sarana persembahyangan yang biasa ada di Pura akan diarak ke pantai atau danau terdekat. Kenapa harus ke pantai atau danau? Karena umat Hindu di Bali percaya bahwa sumber air adalah suci dan bisa menyucikan segala kotoran yang ada di dalam diri manusia serta alam.
Upacara Potong Gigi
Ini merupakan salah upacara adat yang bisa dibilang unik. Upacara potong gigi dalam Lontar Kala Pati berarti tanda perubahan status seseorang menjadi manusia sejati. Manusia sejati berarti manusia yang berbudi serta suci sehingga kelak ketika meninggal, roh akan ke ketempat peristirahatan terakhir. Upacara potong gigi ini dilaksanakan ketika seorang anak menginjak dewasa. Kedewasaan seseorang ditandai dengan perubahan suara pada anak cowok dan menstruasi untuk anak cewek.
Dalam upacara ini, 2 gigi taring dan 4 gigi seri anak akan digosok atau diratakan dengan gerigi. Kenapa 6 gigi ini yang dipilih? Karena ke-6 gigi ini melambangkan simbol sad Ripu yang meliputi:
- Hawa Nafsu (Kama)
- Rakus (Loba)
- Marah (Krodha)
- Mabuk (Mada)
- Bingung (Moha)
- Iri Hati (Matsarya)
Jadi pemotongan gigi ini mengupayakan hidup anak yang sudah dewasa ini akan terus waspada dan tidak serong dari ajaran dharma sehingga kemudian hari rohnya yang suci bisa balik ketempat peristirahatan terakhir dan berkumpul dengan roh leluhur.
Biasanya upacara potong gigi ini juga disatukan dengan upacara Ngeraja Sewala / Menek Kelih yaitu sebuah upacara syukuran karena anak telah beranjak dewasa.
Upacara Ngaben
Upacara Ngaben adalah upacara membakar mayat dengan tujuan menyucikan roh orang yang sudah meninggal agar rohnya bisa lepas dan menujuh ketempat peristirahatan terakhir dengan tenang. Upacara ini memiliki berbagai rakaian acara sehingga diperlukan waktu persiapan yang lama, biaya dan tenaga yang banyak sehingga tidak heran bila ada upacara ngaben massal agar lebih murah. Namun bagi keluarga yang mampu bisa melakukan upacara ngaben sendiri.
Sebelum upcara dilakukan, mayat akan dimandikan dengan dipimpin oleh seorang Pendeta atau orang dari kasta Bramana. Setelah selesai dimandikan, mayat akan dirias dan dipakaikan baju adat Bali kemudian di letakan dalam bade/keranda.
Bade/Keranda kemudian diarak ke lokasi ngaben ditemani replica lembu. Selama perjalanan menuju lokasi ngaben, ketika ada persimpangan atau pertigaan, Keranda harus diputar 3 kali; hal ini dilakukan agar arwah bigung dan tidak kembali lagi. Perjalanan ini tidak diiringi oleh tagis melainkan bunyi gamelan dan kidung suci.
Biasanya upacara pembakaran massal dilakukan 3-5 tahun sekali. Dan acara ini dilakukan per desa.
Selain upacara istimewa ini, Bali masih memiliki berbagai budaya yang menarik jadi jangan melewatkannya. Bagi yang ingin mengikuti tatanan upacara di atas ini, harap mengecek informasi terlebih dahulu dengan travel atau tour guide sebelum berkunjung ke Bali. Setelah mendapatkan tanggal pasti upacara tersebut akan dilakukan barulah booking tiket dan kamar Bali Hotel.