Melatih anak belajar jalan ketika sudah memasuki usianya adalah hal yang sangat membahagiakan orangtua. Meskipun artinya mereka harus menyiapkan tenaga ekstra, karena anak akan sering menarik tangan kita untuk membantunya berjalan dan menjelajahi lingkungan sekitarnya. Namun hal ini bukanlah sebuah masalah bagi orangtua. Sayangnya, tidak semua orangtua bisa menikmati hal ini tepat pada waktunya, terutama bagi orangtua yang memiliki anak dengan kondisi Hypotonia.
Hypotonia ini adalah gejala dimana berkurangnya massa otot sehingga menyebabkan otot menjadi lemah. Gejalanya memang mirip dengan kelemahan otot, namun sebenarnya berbeda. Hanya saja, sebagian besar penderita hypotonia juga merupakan penderita kelemahan otot. Gejala hypotonia ini sering diketahui sejak masih bayi, karena anak dengan kondisi ini biasanya akan mengalami kesulitan saat harus menyedot ASI.
Gejala umum yang ditunjukkan oleh bayi atau anak dengan kondisi ini yaitu postur tubuh yang berbeda daripada anak lainnya, sulit bernafas, lesu, dan kurang mampu untuk menopang tubuhnya sendiri.Gejala lainnya akan semakin terlihat seiring dengan perkembangan usianya. Pada beberapa anak, hypotonia tidak mempengaruhi kecerdasn seorang anak ataupun penangkapan anak saat diajak bicara, namun anak akan mengalami masalah saat ingin merespon lawan bicaranya karena kesulitan bicara
Pada kondisi normal, otot akan mengalami kekakuan atau menegang saat berada dalam situasi tertentu. Misalnya saja otot perut yang menegang saat posisi seseorang duduk atau berjalan, agar dapat menopang tubuh. Kemampuan inilah yang tidak dimiliki oleh seorang anak dengan kondisi Hypotonia, karena pada penderita hypotonia otak mengalami kegagalan dalam mengirimkan sinyal listrik berupa perintah bagi otot untuk berkontraksi. Untuk menyembuhkannya, saat ini sudah ada terapi.
Ada berbagai hal yang dapat menyebabkan seorang anak mengalami hypotonia, baik secara neurologis ataupun non-neurologis. Masalah neurologis yang dapat menyebabkan hypotonia misalnya seperti cerebral palsy, luka pada otak (brain and spinal injury) dan infeksi serius. Sementara masalah non-neurologis yaitu muscular distrophy, myasthenia gravis, spinal muscular atrophy, dan charcot-marie-tooth disease.
Hingga saat ini belum ada cara menyembuhakan penyakit ini secara total. Pengobatan penyakit ini lebih berfokus untuk memperkuat otot-otot yang ada pada tubuh bayi/anak sehingga mereka bisa beraktivitas seperti biasa. Biasanya pengobatan yang disarankan dokter berupa terapi, seperti fisioterapi, terapi okupasi, dan terapi wicara. (Vita)