Tidak terasa festival bulan akan datang kembali. Berdasarkan CNN Indonesia, festival ini sudah mulai dirayakan sejak dinasti Song berarti udah 3.000 tahun yang lalu. Festival ini pada umumnya dirayakan di Cina, Jepang, Malaysia, Vietnam, Korea Sleatan dan Singapura. Di Indonesia sendiri, banyak keturunan Tionghoa yang masih melestarikan kebudayaan ini. Jika pada tahun festival ini dirayakan pada tanggal 4 oktober 2017, untuk tahun 2018 akan dirayakan pada tanggal 24 September 2018.
Wah berarti semuanya merayakan dengan cara yang sama ? Tentu saja tidak 100% sama, berikut ini gimana perayaan Festival Bulan dirayakan Korea Selatan dan Jepang
Korea Selatan
Di korea selatan, festival ini dikenal dengan nama Chuseok (Hari Bulan Purnama). Pada saat festival, masyarakat Korea selatan akan diberikan libur selama 3 hari sehingga menjadi kesempatan untuk pulang kampong dan berkumpul dengan keluarga. Pada pagi harinya, keluarga akan akan memberikan penghormatan dan mengucapkan terima kasih pada leluhur dengan cara menyuguhkan makanan, buah dan minuman serta bersujud dengan cara khas Korea untuk menunjukan rasa hormat. Bahkan tidak jarang ada yang mempersembahkan hasil panen tahun itu pada leluhurnya. Setelah itu, mereka akan memberikan penghormatan kepada orang yang lebih tua yang ada di rumah. Ohiya, dan beberapa orang masih datang ke makam leluhur untuk membersihkannya dan memberikan penghormatan saat Chuseok.
Selain mengunjungi makam, orang-orang akan saling berbagi makanan, minuman (termasuk minuman keras khas korea), makan bersama keluarga dan bermain pemainan tradisional bersama-sama seperti sonori,ganggangsullae, geobuknori, dan ssireum.
Makanan khas Chuseok adalah songpyeon, kue tepung beras yang diisi kacang –kacangan (kacang merah, kacang mete), biji-bijian (wijen, biji labu). Bagi orang-orang yang masih single mereka akan mencoba membuat songpyeon sebagus mungkin karna ada kepercayaan di Korea Selatan bahwa jika mereka berhasil membuat songpyeon yang bagus, mereka juga akan mendapatkan pasangan yang cantik / tampang juga.
Kepercayaan yang unik, apakah kita coba aja? Mungkin bisa mendapatkan pasangan dari Oppa / Noona Korea Selatan hahah.
Jepang
Masyarakat Jepan punya cara sendiri untuk merayakan Festival Bulan. Di Jepang, festival ini diberi nama Tsukimi yang berasal dari kata Tsuki (bulan) dan Mi (Melihat) jadi bisa disebut festival melihat bulan. Festival ini merupakan akulturasi dari budaya Cina zaman Heian. Zaman dulu, festival ini dilengkapi acara pembacaan puisi dibawah sinar rembulan yang sering dilakukan oleh bangsawan Jepang. Yang sering nonton film kerajaan cina atau jepang mungkin langsung ada gambaran.
Kebiasaan berkumpul di tempat dimana bulan terlihat jelas ini pun diturun temurunkan kegenerasi berikutnya. Untuk lebih modernnya, masyarakat Jepang mendekorasi vas dengan rumput khas Jepang (Susuki) dan bunga-bunga musim gugur. Kemudian pada malam harinya, mereka akan menyajikan makanan khas Tsukimi. Makan khasnya adalah kue dango (Tsukimi Dango), edamame, kastanye, dan satoimo (ubi jepang) yang dinikmati sambil memandang bulan. Bayangkan dirimu makan kue sambil menghirup teh hangat dibawah sinar rembulan, sepertinya asyik :D.
Selain hidangan cemilan yang dijelaskan di paragraph sebelumnya, ternyata masih banyak makanan khas Tsukimi seperti Tsukimi Soba dimana soba diberi nori, telur mentah dan dicampur sengan kuah kaldu. Di kota Kitakyushu, kamu bisa menikmati Yaku Udon yang disajikan dengan telur yang disebut dengan nama Tenmado, sebutan untuk Tsukimi dalam dialek lokal. Dan beberapa restoran cepat saji di Jepang menawarkan menu khusus Tsukmi berupa sandwich atau burger telur goreng yang dikenal dengan nama Tsukimi Burger.
Ps: Festival Tsukimi ini berhubungan dengan cerita Kelinci di Bulan juga loh
Wah, ternyata festival yang sama namun ternyata cara perayaannya berbeda untuk di Korea Selatan dan Jepang. Budaya setiap suku dan Negara memang berbeda-beda dan perlu dilestarikan so Take Pride.